Denpasar News – Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan strategi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Bali, yang semakin menjadi sorotan, termasuk oleh Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan kerja ke Bali pada 25 Juni 2025 lalu.

Koster menegaskan bahwa penanganan macet tidak bisa pemerintah lakukan secara instan. Ia menggagas penggunaan dana Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dari Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar. Untuk membiayai pembangunan underpass dan jalan lintas kabupaten mulai tahun 2026.
“Saya hitung 2026 sampai 2029 selesai,” ujar Koster saat pidato penutupan Bulan Bung Karno di ISI Denpasar, Minggu (29/6/2025).
Baca Juga : Koster Akan Tambah Lomba dan Hadiah di Bulan Bung Karno 2026
Gotong Royong Dana PHR 10 Persen untuk Infrastruktur
Tiga daerah dengan pendapatan PHR tertinggi, yaitu Badung, Denpasar, dan Gianyar, telah sepakat untuk menyisihkan 10 persen dari pendapatan PHR mereka. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai dua hal: pembangunan jalan baru lintas kabupaten dan dana bantuan keuangan kabupaten (BKK) untuk enam kabupaten lain yang tertinggal infrastruktur.
“Kalau realisasi PHR Badung di atas Rp 6 triliun, kontribusinya bisa Rp 600 miliar. Denpasar dan Gianyar tambah Rp 180 miliar. Total Rp 780 miliar, 50 persen untuk BKK, 50 persen untuk jalan lintas,” jelas Koster.
Pembangunan Underpass Denpasar Selesai 2028
Koster menjelaskan bahwa dana tersebut akan pemerintah gunakan untuk menyelesaikan titik-titik macet utama. Salah satunya melalui pembangunan underpass Denpasar yang pemerintah target rampung pada tahun 2028. Estimasi biaya pembangunan underpass berkisar antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar.
“Underpass Denpasar 2028 selesai, titik macet hilang. Badung juga sudah kami petakan titik-titik macetnya,” tegasnya.
Selain itu, rencana pembangunan jalan baru dari Denpasar-Badung hingga Tabanan dan Karangasem akan pemerintah mulai dengan penyusunan desain pada APBD Perubahan 2025.
“Sing Care Makan Cabe”: Jurus Sabar Atasi Macet
Dalam pidatonya, Koster menyampaikan pentingnya kesabaran masyarakat atas proses pembangunan infrastruktur ini.
“Sing care makan cabe, jani gigit jani pedes. Sing keto. Sabar bedik,” ucapnya menggunakan bahasa Bali yang berarti: tidak seperti makan cabai, langsung terasa pedas; ini butuh waktu, sabar sedikit.
Gubernur dua periode itu menegaskan bahwa ia telah memanggil seluruh bupati di Bali untuk duduk bersama membahas percepatan pembangunan.
“Inilah jurus saya. Tidak bisa buru-buru. Tatanan yang kami bentuk bertahap, tapi pasti,” tandas Koster.